PEMUDA YANG MENJUAL DIRINYA - 2
Jawab mereka: “Kami hamba dan pelayannya, teruslah berjalan ke muka” Maka aku teruskan perjalanan, tiba-tiba aku bertemu dengan sungai susu yang tidak berubah rasanya di tengah kebun (taman), juga diliputi oleh gadis-gadis yang sangat cantik dan ketika mereka melihatku,
langsung berkata: “Demi Allah itulah suami al-Ainaa al-Mardhiyah, telah tiba”
Lalu saya ucapkan: “Assalamu alaikuna, apakah ada di antara kamu al-Ainaa al-Mardhiyah?”
Jawab mereka: “Kami hanya budak dan pelayan-pelayannya, silakan maju terus”
Tiba-tiba saya bertemu dengan anak sungai anggur di suatu lembah yang digunakan tempat bersuka-suka gadis-gadis yang sangat cantik molek sehingga lupa kepada kecantikan yang di belakang tadi.
Sayapun mengucap: “Assalamu alaikunna, apakah di sini ada al-Ainaa al-Mardhiyah?”
Jawab mereka: “Tidak, kami hanya budak dan pelayannya, teruskan jalan ke muka”.
Tiba-tiba aku bertemu dengan sungai madu dan kebun yang penuh dengan gadis-gadis bagaikan cahaya dalam kecantikan mereka.
Maka aku ucapkan: “Assalamu alaikunna, apkah di sini ada al-Ainaa al-Mardhiyah?
Jawab mereka: “Ya Waliyallah, kami hanya budak dan pelayannya, tetapi engkau terus maju ke muka”
Dan ketika saya berjalan tiba-tiba betemu dengan khaimah dari permata yang berlubang, dan di muka khaimah itu ada gadis penjaga pintu yang sangat cantik dan lengkap dengan perhiasannya, maka ketika ia melihatku, ia gembira dan segera berseru:
“Wahai al-Ainaa al-Mardhiyah, inilah suamimu telah datang”.
Maka langsung aku mendekat kekhaimah itu, tiba-tiba ia sedang duduk di atas tempat tidur emas yang bertaburkan permata yaqut dan berlian, dan ketika melihatnya, benar terpesona kerana kecantikannya, maka ia menyambut aku dengan kalimat:
“Marhaban bi waliyir rahman”
Sudah hampir (dekat) pertemuan kami, maka langsung aku akan mendakapnya, tetapi ia berkata:
“Sabar dahulu belum masanya, sebab aku masih hidup di dunia, tetapi malam ini kamu berbuka puasa di sini. Insyaallah Taala.”
"Kemudian aku bangun dari tidurku itu hai Abdul Wahid, dan rasa-rasanya tidak sabar lagi"
Abdul Wahid berkata: “Maka belum selesai ia melanjutkan ceriteranya tiba-tiba terlihat pasukan musuh, maka kami pergi menyeranngya besama-sama pemuda itu, dan saya perhatikan ia telah membunuh sembilan orang kafir, maka saya segera pergi melihatnya, tiba-tiba TERSENYUM DENGAN BERLUMURAN DARAH SEHINGGA IA MENINGGAL DUNIA (Rahimahu Allah)”.
(Petikan drp: Abu Laits As-Samarqandi, TANBIHUL GHAFILIN Jld 1 & 2, Pustaka Jiwa, 2010 hal 1017-1023)
Inna lillahi wainta lillahi raajiuun!
ReplyDeleteSiapakah pemuda yg amat beruntung itu dan al-Ainaa al-Maedhiyah permaisurinya itu sepastinya seorang bidadari syurga sebagaimana yg Allah sebutkan dalam ayat-ayat Al-Quran yg mulia. Apakah di suatu hari akhirat nanti kita dapat bersama dan berkenal mesra dengan kedua-dua mereka? Insyaallah.